Tawakkal (توكُل) atau tawakkul menurut bahasa berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan/perbuatan.
Tawakal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Alloh Ta’ala
untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah bahaya, baik menyangkut
urusan dunia maupun akhirat. Alloh Ta’ala berfirman,
”Dan
barangsiapa yang bertaqwa kepada Alloh, niscaya Dia akan jadikan baginya
jalan keluar dan memberi rizqi dari arah yang tiada ia sangka-sangka,
dan barangsiapa bertawakal kepada Alloh, maka Dia itu cukup baginya.” (Ath Tholaq: 2-3)
Al Allamah Al Munawi mengatakan, “Tawakal adalah menampakkan kelemahan serta penyandaran (diri) kepada yang ditawakali.”
Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut,
"Tawakkal ialah menyandarkan kepada Allah swt tatkala menghadapi suatu
kepentingan, bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati
tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang
tenteram.
Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari
keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid diajari
agar meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya,
pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta
ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala
persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada
rasa curiga, karena Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.
Sementara ada orang yang salah paham dalam melakukan tawakkal. Dia
enggan berusaha dan bekerja, tetapi hanya menunggu. Orang semacam ini
mempunyai pemikiran, tidak perlu belajar, karena jika Allah menghendaki pandai
tentu menjadi orang pandai. Atau tidak perlu bekerja, karena jika Allah
menghendaki menjadi orang kaya tentulah kaya, dan seterusnya.
Semua itu sama saja dengan seorang yang sedang lapar perutnya,
sekalipun ada berbagai makanan, tetapi ia berpikir bahwa jika Allah
menghendaki ia kenyang, tentulah kenyang. Jika pendapat ini dipegang
teguh pasti akan menyengsarakan diri sendiri.
Menurut ajaran Islam, tawakkal itu adalah tumpuan terakhir dalam
suatu usaha atau perjuangan. Jadi arti tawakkal yang sebenarnya --
menurut ajaran Islam -- ialah berserah diri kepada Allah swt setelah
berusaha keras dalam berikhtiar dan bekerja sesuai dengan kemampuan
dalam mengikuti sunnah Allah yang Dia tetapkan.
Ibnul Qayyim berkata, ”Tawakal adalah faktor paling utama yang bisa mempertahankan seseorang ketika tidak memiliki kekuatan dari serangan makhluk lainnya yang menindas serta memusuhinya. Tawakal adalah sarana yang paling ampuh untuk menghadapi keadaan seperti itu, karena ia telah menjadikan Alloh sebagai pelindungnya atau yang memberinya kecukupan. Maka barang siapa yang menjadikan Alloh sebagai pelindungnya serta yang memberinya kecukupan, maka musuhnya itu tak akan bisa mendatangkan bahaya padanya.” Tidak ada yang bisa memberikan manfaat dan madarat kepada suatu kaum kecuali dengan seizin Allah.
Bertawakal Kepada Alloh Adalah Kunci Rizki
Rosululloh Shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh,
seandainya kalian bertawakal kepada Alloh dengan sebenar-benarnya,
niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana burung-burung. Mereka
berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam
keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim)
Dalam hadits ini Rosululloh menjelaskan bahwa orang yang
bertawakal kepada Alloh dengan sebenar-benarnya, pastilah dia akan
diberi rizki. Bagaimana tidak, karena dia telah bertawakal kepada Dzat
Yang Memberi Rizki Yang Maha Hidup yang tidak pernah mati.
Tawakal Bukan Berarti Tidak Berusaha
Mewujudkan tawakal bukan berarti meniadakan usaha. Alloh
memerintahkan hamba-hambaNya untuk berusaha sekaligus bertawakal.
Berusaha dengan seluruh anggota badan dan bertawakal dengan hati
merupakan perwujudan iman kepada Alloh Ta’ala.
Pada zaman Rasulullah saw ada
seorang sahabat yang meninggalkan untanya tanpa diikat lebih dahulu.
Ketika ditanya, mengapa tidak diikat, ia menjawab, "Saya telah
benar-benar bertawakkal kepada Allah". Nabi saw yang tidak membenarkan
jawaban tersebut ia berkata, "Ikatlah dan setelah itu bolehlah engkau
bertawakkal."
Dan sebagian orang mungkin ada yang berkata, “Jika orang yang bertawakal
kepada Alloh itu akan diberi rizki, maka kenapa kita harus lelah,
berusaha dan mencari penghidupan. Bukankah kita cukup duduk-duduk dan
bermalas-malasan, lalu rizki kita datang dari langit?” Perkataan
itu sungguh menunjukkan kebodohan orang itu tentang hakikat tawakal.
Nabi kita telah menyerupakan orang yang bertawakal dan diberi
rizki itu dengan burung yang pergi di pagi hari untuk mencari rizki dan
pulang pada sore hari, padahal burung itu tidak memiliki sandaran
apapun, baik perdagangan, pertanian, pabrik atau pekerjaan tertentu. Ia
keluar berbekal tawakal kepada Alloh Yang Maha Esa sebagai tempat
bergantung.
Imam Ahmad berkata: “Dalam hadits tersebut tidak ada isyarat yang
membolehkan meninggalkan usaha, sebaliknya justru di dalamnya ada
isyarat yang menunjukkan perlunya mencari rizki. Jadi maksud hadits
tersebut, bahwa seandainya mereka bertawakal kepada Alloh dalam
bepergian, kedatangan dan usaha mereka, dan mereka mengetahui bahwa
kebaikan (rizki) itu di TanganNya, tentu mereka tidak akan pulang
kecuali dalam keadaan mendapatkan harta dengan selamat, sebagaimana
burung-burung tersebut”.
Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang hanya duduk di rumah atau di masjid seraya berkata, “Aku tidak mau bekerja sedikitpun, sampai rizkiku datang sendiri”. Maka beliau berkomentar, “Ia
adalah laki-laki yang tidak mengenal ilmu. Sungguh Nabi Shollallohu
‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Sesungguhnya Alloh telah menjadikan
rizkiku dalam bayang-bayang tombak perangku.
Marilah kita
bersungguh-sungguh dan berusaha untuk mendapatkan penghidupan. Tapi kita tidak boleh menyandarkan diri pada kelelahan, kerja keras dan
usaha, tetapi kita harus meyakini bahwa segala urusan adalah milik
Alloh, dan bahwa rizki itu hanyalah dariNya semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga bermanfa'at